Wonderful Indonesia: Kembali ke Raja Ampat
Dear Bloggers and Readers, my apology that this time my post is in Indonesian language. I do hope you still enjoy all photos in this post regardless the language. All photos were captured by myself. Thank you so much and have a great day!
For Wonderful Indonesia, Sail Raja Ampat 2014 Blog Submission
Pengalaman duabelas hari berlayar mengarungi Raja Ampat di bulan Juni 2014 merupakan pengalaman yang tidak mudah terlupakan. Bersama pasangan hidup yang juga buddy dive saya, Dutchie, kami merayakan sepuluh tahun kebersamaan kami di Raja Ampat. Keindahan dan keunikan alam bawah lautnya menjadikan Raja Ampat sebagai lokasi istimewa untuk merayakan hari jadi kami dengan menyelam, kegemaran kami bersama. Kesan yang sangat mendalam di bulan Juni membuat saya ingin kembali. Kembali berwisata menyelam di Raja Ampat.
Istimewanya Raja Ampat terutama karena lautannya memiliki keanekaragaman hayati dengan jumlah yang luar biasa besar. Raja Ampat sendiri merupakan daerah perlindungan bagi ikan hiu dan manta yang dideklarasikan pada tanggal 20 Februari 2013. Luasnya tidak kira-kira: 46.000 Kilometer persegi! Di Raja Ampat memang dapat dijumpai berbagai jenis hiu mulai dari hiu karang (reef sharks) hingga hiu karpet.
Hiu karpet yang juga terkenal dengan nama wobbegong ini adalah jenis ikan hiu karpet yang memiliki jenggot dengan corak warna kulit menyerupai batik. Pada siang hari, hiu ini biasanya bersembunyi di dalam gua dengan kepalanya menjulur ke luar. Sementara pada malam hari, hiu ini dapat ditemui berbaring di dasar laut dalam alam terbuka. Hiu ini tidak ganas dan tidak menyerang manusia kecuali bila diganggu dan disentuh.
Selain itu ada jenis hiu menarik di Raja Ampat yang berjalan dengan siripnya, walking shark atau epaulette shark. Jenis hiu ini termasuk hiu karpet dengan ekor yang panjang. Total panjang tubuh bisa mencapai 1 meter. Corak kulitnya bervariasi tergantung jenisnya, namun pada umumnya adalah putih kecoklatan dengan bercak-bercak coklat seperti seragam militer. Warna kulit ini membantu hiu menyamarkan diri dari pemangsa. Hiu berjalan biasanya hanya dapat ditemui dalam penyelaman di malam hari. Dutchie berhasil mengambil video yang menunjukan bagaimana hiu itu berjalan dengan siripnya dan video tersebut dapat dilihat di post saya sebelumnya, Raja Ampat Night Diving. Saat itulah pertama kalinya saya melihat ikan berjalan di bawah laut. Dan dia berjalan dengan cepat. Mungkin ia pemalu untuk difoto, hingga saya tidak berhasil mengambil fotonya secara utuh karena ia bersembunyi di lubang karang. Seandainya saya kembali ke Raja Ampat, saya berharap dapat melihat ikan hiu ini lagi.
Menyelam pada malam hari di Raja Ampat sangat menarik. Kehidupan bawah laut pada malam hari jauh berbeda dengan di siang hari. Bila di siang hari, dapat ditemui ikan badut (anemone fish), maka pada malam hari, entah kemana mereka bersembunyi. Pada malam hari biasanya dapat ditemui berbagai jenis kepiting, udang, sotong dan gurita.
Sementara di siang hari penyelaman pun tak kalah menarik, warna-warni terumbu karang Raja Ampat sangat unik. Selain itu, jumlah ikan bertebaran dimana-mana dengan variasi jenis yang berbeda-beda. Sulit rasanya menggambarkan betapa indahnya bawah laut Raja Ampat. Sebagai warga negara Indonesia, saya sangat bangga akan Indonesia yang memiliki wilayah perairan seperti Raja Ampat yang unik dan berbeda dari negara lainnya.
Wilayah Pusat dan Utara Raja Ampat pun diarungi dari Pelabuhan Sorong dengan kapal layar dari kayu. Desa Wisata Sauwandarek pun tidak luput dari kunjungan. Desa ini memiliki pasir putih dengan air laut jernih di pesisir pantainya. Terlihat indahnya taman terumbu karang tepat di depan desa ini. Pesisir pantai menjadi tempat bermain anak-anak Sauwandarek. Iri rasa melihat indahnya alam tempat mereka bermain. Dibesarkan di perkotaan, saya tidak pernah memiliki lokasi bermain seindah mereka.
Menuju utara, kapal melewati garis bawah khatulistiwa yang ditandai dengan Pulau Kawe. Menyebrangi garis khatulistiwa lewat lautan adalah hal yang unik. Angkatan laut dari negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda biasanya melakukan upacara ritual bagi anggota yang pertama kali melintasi garis khatulistiwa. Wilayah perairan ini juga dapat diselami. Di sana dapat dijumpai kelinci laut (nudibranch), saat itu pertama kalinya saya menjumpai kelinci laut sedang bercengkrama.
Puncak dari pelayaran di daerah utara adalah kepulauan Wayag di Raja Ampat Utara yang foto-foto pemandangannya seringkali digunakan untuk melambangkan pariwisata Raja Ampat. Wayag terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni dengan pantai putih dan air laut yang jernih. Dunia bawah lautnya pun tidak kalah indahnya. Sungguh membuat hati nyaman mengetahui wilayah indah tersebut dilindungi oleh warga dan pemerintah setempat dari perusakan lingkungan hidup.
Sebagai penyelam yang telah menjelajahi beberapa lautan di dunia, tidak dipungkiri, Raja Ampat memiliki keunikan bawah laut yang luar biasa. Terumbu karang yang berwarna-warni, keanekaragaman ikan-ikannya, dan keindahan alam daratannya adalah perpaduan yang sempurna. Dari buku Beautiful Raja Ampat, saya mengetahui seorang warga negara Belanda, Max Ammer, telah berperan dalam mempelopori konservasi keanekaragaman hayati bawah laut di Raja Ampat. Tentunya tanpa dukungan dari pemerintah dan penduduk setempat, upaya siapapun tidak akan berhasil secara maksimal dan berkelanjutan. Betapa pentingnya kerjasama dari berbagai pihak untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dan itu pun turut menjadi tanggungjawab kami, para penyelam dan pengunjung untuk berperan serta dalam menjaga kelestarian tersebut selama di Raja Ampat.
Kembali ke Raja Ampat kini menjadi impian saya. Mimpi seorang penyelam untuk menikmati bawah laut yang menakjubkan dengan perlindungan alam berkelanjutan. Suatu saat pasti saya akan kembali.
Foto2 yang bagus. Dalamnya berapa meter? Apakah didaerah itu sering banyak org mancing? Salam kenal mba…:)
Halo, salam kenal kembali. Terimakasih banyak 😉 Soal kedalaman sangat tergantung daerah-nya dan biasanya kami tidak menyelam melebihi kedalaman 30 meter. Daerah yg kami selami masuk dalam kawasan perlindungan – Taman Laut Nasional, jadi tidak diperbolehkan memancing karena banyak jenis ikan yang dilindungi termasuk ikan hiu dan mantas rays 😉 Lagipula kebanyakan penyelam (termasuk saya) biasanya tidak suka memancing – bertolak belakang gitu 😉
Fine way of describing, and fastidious piece of writing to get facts on the topic of my presentation subject, which i am going to deliver in school.